Penantian (Puisi Karya Yeyen)

Jika rasamu tlah mengakar jauh, jangan pernah mencoba melepaskannya dari tanah penantian yang masih kuat menahan, walau kau ingin, karena aku masih mengharapkan itu.

Jika kau rindukan aku dalam sunyi malam, tapi aku tak pernah datang hingga pagi terbit, jangan biarkan rindu itu hilang, karena aku masih menginginkan itu.

Jika sayangmu tlah hilang ditelan waktu penantian panjang, kumohon bertahanlah, karena aku masih membutuhkan itu.

Kau masih bisa menulis narasi tentang kita, jika hatimu milikku. Biarlah seperti ini, biarkan rasamu terus mengakar kuat, biarkan rindumu menyatu dalam sunyi malam, biarkan sayangmu bertahan, karena hanya waktu yang bisa memutuskan.

Aku masih berdiri disini, menatapmu selembut cahaya bintang, merindukanmu tanpa lekang sebelum pejam, berharap kau menjemputku di ujung lorong penantian ini.

Terkadang cinta datang dalam penantian, dan pergi juga karena penantian.

Tentang Sebuah Kerinduan (Cerpen Karya Yeyen)

       9 bulan 10 hari aku mengenalmu sayang.Entah, bagaimana dan kapan kita bertemu, aku sudah lupa. Lupa karena ada hal yang lebih indah dari kenangan waktu kita pertama bertemu.Berawal dari ketidakkenalan menjadi kedekatan, keasingan menjadi kebiasaan bahkan kebosanan menjadi kesenangan. Waktu berjalan secepat kilat. 1 hari terasa 1 jam, 1 jam terasa 1 menit, 1 menit terasa 1 detik dan 1 detik menghasilkan puluhan ribu untukmu sayang. Bagaimana kabarmu disana?, disana bersama seseorang yang mungkin telah menggantikan posisiku dihatimu. Apa kau telah melupakan aku?, atau mungkin kau masih berdiri dan menungguku?. Kadang aku juga memikirkanmu, memikirkan wajahmu yang tampan bak Arjuna di cerita Ramayana . Apa kau rindu padaku? kalau kau bertanya hal yang sama, pasti aku akan mengatakan “aku sangat merindukanmu”. 9 bulan 10 hari itu waktu yang sangat berharga dalam hidupku sayang. Tak akan ada orang yang dapat menggantikan waktu itu. Hanya kau dan aku yang tahu tentang semua ini. Engkau bukanlah orang yang keren dengan segala harta yang melimpah, bukan pula karena baju dan sepatu yang kau pakai, tapi kau menjadi sangat keren dengan kesederhanaan yang kau punya. Andaikan saat ini kau masih bersamaku, ku akan mengutarakan betapa kerennya dirimu didepan mataku. Walau kau tak pernah mengatakan padaku tentang perasaanmu, tapi aku tahu kau menyukaiku. Perhatian, kasih, waktu dan segalanya yang kau berikan padaku, membuka mata hatiku untuk dapat melihat betapa dalamnya muara asmaramu untukku. Hanya saja aku terlalu malu untuk bertanya padamu. Namun, semua telah berubah, berubah menjadi suatu kenangan yang mungkin tak pernah bisa terulang kembali. Hanya Tuhan yang dapat memutuskan, akankah aku dan kamu akan bertemu, bertemu dengan perasaan yang berbeda atau mungkin masih sama seperti pertama kau mencintaiku. Ku tak pernah tahu sejak kapan rasa ini ada, tapi aku tidak bisa membohongi diriku”aku sangat kehilanganmu” . Sayang, Seperti yang dikatakan Sapardi Djoko Damono, Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu, Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada, Akankah kau mengijinkannya?menginjinkan aku untuk selalu mencintaimu, sebelum aku benar-benar merelakanmu dengan seorang wanita pilihanmu. Hari ini aku melihat kau bersama wanita cantik disuatu tempat. Entah itu pacarmu atau temanmu, aku tak tahu. Rasanya aku ingin menjerit keras ditepi jurang lalu terjun kebawahnya. Sakit hati? pasti. Otak dan hatiku beradu argumen. Aku tak tahu dengan cara apa aku harus menuangkan perasaanku. Mati? itu bukanlah jalan terbaik. Mungkin ada setetes zat yang berusaha bereaksi melawan fikiran negatif di belahan otak kananku, sehinggga aku tak berfikir untuk mengakhiri hidupku seperti yang dilakukan orang yang patah hati. Saat ini yang aku butuhkan hanya ketenangan dan kesunyian untuk melupakan kenangan yang kita lewati bersama. Hanya satu yang harus kupercaya bahwa sejauh apapun kita berpisah, jika ditakdirkan untuk bersama kita akan bersatu, itu janji Tuhan. Mengenalmu adalah sebuah keindahan dan bersamamu adalah harapanku. Selamat malam sayang, semoga kau baik-baik saja disana.

untukmu yang ku rindukan

Ah Sudahlah (Cerpen Karya Yeyen)

        Aku masih duduk disini, ditanah kelahiran ayahku, dengan ribuan juta kasih yang kubawa dari klaten, untuk ibunda ayahku, nenekku. Kedatanganku mungkin sangat dinantikan, sudah lama sekali aku tak berkunjung kesini. Tanah merah dengan taburan batu-batuan masih menghiasi halaman rumah nenekku, semuanya masih seperti 15 tahun yang lalu, rasakupun masih tetap sama, aku menyukai tempat ini.

       Simbok, begitu panggilan ayahku padanya, seorang wanita  sehat, lincah dan cantik yang telah berubah menjadi seseorang yang tak kukenal, menjadi seorang wanita tua, lemah dan lamban. Sebenarnya aku tak pernah menginginkan perubahan itu, tapi, inilah dunia, tak ada yang kekal didalamnya, usia nenek semakin bertambah, penyakit menjadi langganan, keriputpun pasti terjadi. “tak secantik dulu,” bisik hati kecilku saat mataku menatap wajah nenek yang mulai keriput. Ya sudahlah, walau wajahnya tak cantik lagi dan badannya mulai kurus, ia tetap nenekku, selamanya tetap nenekku, wanita yang melahirkan ayah.

     Sudah menjadi tradisi nenek, saat aku datang berkunjung, ia selalu memelukku, mencium pipi kanan dan kiri lalu bertanya kabarku dan kabar orang tuaku, kadang airmatapun menetes, walau tak banyak. Pakaian model kuthu baru masih setia melekat dibadannya, rambut putih yang digelung, dan jarik batik warna coklat selalu menjadi pasangannya. Itulah yang membuatku selalu mengingatnya.index

 

       Sejak ditinggal kakekku 8 tahun tahun yang lalu, nenek tinggal bersama adik ayahku, Ome, begitu aku memanggilnya. Rumah papan yang selalu mengingatkan masa kecilku masih berdiri kokoh, sayangnya kondisinya tak seperti dulu, mungkin karena sudah lama tak  ditinggali, karena nenekku tinggal dirumah Ome yang sudah bertembok kuat dengan fasiilitas yang lumayan mewah.

     Setiap malam nenek selalu tidur bersama anak perempuan Ome, Ratri, adek sepupuku. Tapi, saat aku berkunjung, nenek selalu tidur didepan TV, merelakan kasurnya untukku, ia sangat sayang padaku, akupun juga. Umurku masih 6 tahun waktu itu, dan kadang aku bercekcok dengan Ratri, nenek tak pernah membela salah satu diantara kami, Nenek selalu adil pada cucu-cucunya, iapun tak suka bila cucunya saling bermusuhan, baginya semua cucu itu sama dimatanya, ia akan sangat sedih jika kami tak rukun.

          Waktu berjalan sangat cepat, waktu itu terasa begitu singkat, tapi, semua kenangan masih membekas dalam hati, mungkin sampai mati. Kenangan adalah hal berharga dalam hidupku, mungkin beberapa orang berfikir sepertiku juga. Dengan mengenang, aku masih bisa membayangkan cantiknya wajah nenek, hangatnya kasih sayang kakek, serunya pertengkaranku dengan Ratri, dan kenangan lucu lainnya.

       Kadang aku ingin kembali kemasa laluku, menjadi seorang bocah yang polos dengan ribuan kasih dari keluargaku, selalu dimanja dan dipuji oleh nenekku. Ah sudahlah, ini hanya kenangan, tapi ini tetap mengesankan.

      Aku selalu belajar banyak hal disini, salah satunya belajar menghargai orang lain, nenek yang mengajarkannya padaku. Baginya saling menghargai itu penting, karena dengan menghargai, kerukunan tetap lestari. Nenek adalah inspirasiku, semangatku, motivator dalam hidupku dan penunjuk arah suksesku.

      Kunjungan kali ini bertepatan dengan jatuh sakitnya nenek, ibuku menyuruhku untuk berkunjung . Sejak kedatanganku, nenek selalu menunjukkan semangatnya dengan menyapu halaman rumah Ome, menunjukan padaku bahwa ia sudah sembuh, tapi aku tahu, ia hanya berpura-pura agar keluarganya tak mencemaskan kondisinya. Kurasa nenek merindukan anak-anaknya. Sudah lama sekali anaknya tak pernah pulang walau hanya sekedar berkunjung.

      Enam anak nenek terpencar dibeberapa daerah setelah menikah, meninggalkan nenek bersama Ome dan bulikku disini, ia selalu merindukan anaknya, tapi tak sebaliknya untuk anak nenek. Kadang aku diam-diam menangis saat mendoakan nenek. Rasa kasihan terasa mengiris dadaku, perih rasanya melihat kerinduan nenek yang tak berbalas.

    Ah sudahlah. Anak-anak nenek mungkin sedang mencari kesuksesannya masing-masing. Doakan saja mereka tak lupa dengan nenek dan suatu saat akan pulang dan mengunjungi nenek. Sabarya nek !